Kamis, 02 Januari 2014

Menjadi Hacker Nomor 1, Indonesia Belum Punya Sistem Proteksi

Menurut Data Kementrian Komunikasi dan Informasi ( Kemenkominfo ) yang dikeluarkan pada tanggal 27 Desember 2013 yang lalu, menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan utama serangan kejahatan cyber dunia. Namun, menurut Pakar telekomunikasi Heru Sutadi, Kementrian Komunikasi dan Informatika yang menyebutkan bahwa Indonesia yang menjadi tujuan utama serangan cyber, data tersebut tidak valid, “ . Laporan dari Kemenkominfo tersebut tidak valid, pada kenyataannya Indonesia yang paling banyak meretas ke negara lain dari pertengahan 2013 data versi Akamai “ ujarnya.
Akamai adalah lembaga penelitian konten internet di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Menurut Akamai, peringkat Indonesia sebagai gudang para peretas naik setalah sebelumnya berada di posisi dua di bawah China sejak November sampai Desember 2012. Karena itulah, saat ini Indonesia menjadi incaran serangan balik dari negara – negara yang telah diretas.
Meskipun Indonesia merupakan peretas nomor satu di dunia, semua lembaga yang ada di Indonesia belum begitu memperhatikan akan system proteksi dan keamanan situs. “ Keamanan situs di Indonesia masih kurang dipikirkan, yang dipikirkan itu tampilan webnya tanpa memperhatikan aspek keamanannya, “ ucap Heru. Data yang dilaporkan Kemenkominfo juga menyebutkan tidak berfungsinya IDSIRTII atau Indonesia Security Incident Responses Team on Internet Infrastucture. Padahal, IDSIRTII dibuat untuk pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protocol internet agar bebas dari ancaman dan gangguan.
Selain Heru, seorang pakar juga pengamat telekomunikasi, Teguh Sutikno melihat serangan cyber yang menyerang indonesia terdiri dari dua macam, diantaranya yaitu, dilakukan oleh orang yang sekedar iseng, dan dilakukan oleh organisasi atau perusahaan yang menjual anti – virus. Beberapa pengamat juga mengatakan serangan yang marak ditujukan ke Indonesia memang merupakan serangan balik. Karena Indonesia merupakan negara yang paling banyak meretas ke berbagai negara, karena itu banyak negara – negara yang geram kemudian melakukan serangan balik ke Indonesia. “ Bisa jadi oknum luar negeri balas dendam, karena banyak orang Indonesia yang kabarnya iseng hacking ke luar, “ Ujar Teguh.
Menurut Teguh, serangan yang berasal dari luar negeri dilakukan oleh perusahaan anti – virus dan bisa jadi disengaja karena banyak pianti lunak ( software ) illegal yang berdar di Indonesia. Bukan hanya itu, Indonesia juga tidak memiliki gateway ( gerbang jaringan internet ) Internasional dan masih menyewa dari luar negeri. Teguh mengatakan, tidak heran jika banyak serangan yang masuk ke Indonesia, karena pemerintah belum punya system proteksi sendiri. Selain belum punya gateway, Indonesia juga belum punya search engine ( mesin pencari ) sendiri.
Teguh menegaskan bahwa yang paling bertanggung jawab atas kaus ini adalah Kemenkominfo. “ Negara lain punya search engine sendiri, sedangkan kita nggak punya, beda dengan negara lain. Seharusnya Kemenkominfo bisa membuat gateway sendiri. Uangnya kan banyak, orang Indonesia juga banyak orang pintar, “ komentar Teguh. Ia juga menambahkan, satu gateway saja cukup untuk dikelola.
Teguh juga kecewa karena laporan akhir tahun dari Kemenkominfo seperti hanya dianggap sebagai data yang sekedar untuk kelengkapan data biasa. “ harus segera dilakukan sesuatu, karena banyak Kemenkominfo yang kurang menerti tentang telekomunikasi, pungutan non – pajak dari operator sendiri mencapai kurang lebih 5 triliun rupiah. Tiap tahun ada sekitar 1,2 triliun rupiah, “ tuturnya.
Analisis:
Gateway(gerbang internet) kita harus ada jangan menyewa gateway luar negeri karena data yang melewati gateway itu tidak aman karena melalui penyewaan dari luar negeri. Dan menjadi hacker harus di butuhkan kerja sama tim.

sumber:
http://teknologi.kompasiana.com/internet/2014/01/01/menjadi-hacker-nomor-1-indonesia-belum-punya-sistem-proteksi-623204.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar